Sabtu, 03 Desember 2011

NASKAH MERTASINGA: KISAH SUNAN KALIJAGA DI CIREBON ( I )

KISAH MERBOT JARUMAN 
(pupuh LXI.12 - LXII.08)

Dikisahkan pada suatu ketika di Carbon ada seorang santri yang datang dari timur yang bernama Merbot Jaruman. Dia datang ke Carbon dan ingin mengabdi kepada Pangeran Agung. Pada suatu malam Jum'at Pangeran Agung bermimpi mendengar suara, "He Pangeran Agung, di mesjid ada seorang kakek yang bernama Ki Merbot Jaruman, perintahkanlah dia untuk menjadi imam Jum'at. Jangan tidak kau perintahkan dia menjadi imam". Keesokan harinya Pangeran Agung melaksanakan apa yang didengarnya itu., dan menunjuk Merbot Jaruman untuk menjadi Imam. "Mohon maaf", kata sang Jaruman, "hamba tak bisa menjadi imam". Akan tetapi ia dipaksa terus sampai akhirnya mau menjadi imam. Ketika Marbot Jaruman menjadi imam, setelah takbir dia diam berdiri tak mengeluarkan suara sedikit pun. Mulutnya terkunci dan hanya berdiri saja. Tubuhnya kaku bagai-kan patung, dia tidak membaca Al 'Fatihah, tidak ruku dan juga tidak sujud. Semua yang menjadi ma'mum menunggu, sehingga kemudian Pangeran Agung menggantikannya. Setelah selesai sholat sang Merbot segera dibangunkan.

Jum'at berikutnya hal yang sama terjadi lagi,  sehingga Jum'at berikutnya lagi Pangeran Agung lah yang menjadi imam, yang diikuti oleh ma'mum semua. Setelah selesai sholat lalu mereka berkumpul untuk membicarakan hukuman apa yang harus dijatuhkan kepada Marbot Jaruman. Ki Marbot berkata, "Untuk menebus kekecewaan Paduka tuan, hamba akan sangat berterimakasih bilamana hamba dihukum. Hamba telah tidak mampu menjadi imam, walaupun hamba dipaksa. Silahkan hamba dihukum mati saja". Pangeran Agung lalu memerintahkan kepada para sentana mantrinya untuk membuat panggung di alun-alun dan kemudian di bawahnya dinyalakan api unggun. Ki Jaruman lalu dinaikan ke atas panggung itu dari lohor hingga magrib, namun apa yang terjadi ternyata Marbot Jaruman tidak terluka sedikitpun.

Sementara itu Tubagus Pase baru tiba dari seberang, dan dia pergi melihat apa yang tengah terjadi di alun-alun. Setelah mengetahui apa yang terjadi Tubagus Pase menjadi sangat marah kepada cucunya, "Anakku mengapa kau lakukan ini, tidakkah kau tahu siapa yang berada di atas pembakaran itu? Dia adalah buyutmu wali, segeralah engkau bertobat anakku, barangkali engkau tidak mengetahui, Merbot Jaruman itu adalah Sunan Kalijaga, Aulia Allah yang tinggal satu, yang ada di tanah Jawa". Betapa terkejutnya Pangeran Agung mendengar hal tersebut, kepada Tubagus Pase dikatakannya: "Eyang, hamba benar-benar tidak mengetahui, karena waktu datang eyang mengaku sebagai santri dari timur yang bernama Kyai Merbot Jaruman. Kemudian pada waktu malam Jum'at hamba bermimpi ada yang menyuruh hamba agar Ki Merbot Jaruman menjadi imam, sehingga kujalankan perintah itu. Ternyata ketika bisikan itu hamba laksanakan, sebagai imam waktu setelah takbir Ki Merbot Jaruman diam tak bergerak ataupun sujud sehingga hamba akhirnya meneruskan menjadi imam. Setelah selesai sholat, ketika hamba bangunkan Ki Merbot juga tak bisa bangun dan tinggal diam seperti tugu besi. Pada Jum'at berikutnya eyang wali mengikuti hamba yang menjadi imam, sesungguhnya bukanlah maksud hamba untuk mengajari. Hamba mohon belas kasihan eyang, semoga eyang mau memaafkan hamba baik di dunia maupun di akhirat". Sunan Kalijaga telah memaafkan cucunya itu, demikian juga kepada orang banyak lainnya yang telah menghukumnya. Itulah awalnya bahwa jika ada orang yang sholat Jum'at dan tak melakukannya dengan benar maka pasti dia akan mendapat hukuman. Juga ada cerita bahwa besok di akhir jaman, jika ada Merbot yang bersedia menaiki soboluhung  pasti dia akan menjadi waliyullah yang utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar