Senin, 10 September 2012

KISAH DEWI NAGA HIJAU DARI LAUT SELATAN DAN PERJANJIANNYA DGN SUNAN GUNUNG JATI ( munurut babad tanah jawi)

Pada suatu hari saat Sunan Kalijaga (Syarif Abdurrahman) tengah duduk bertapa di tepi sungai, tiba-tiba muncul seorang wanita berwajah cantik. Wanita itu kerpakaian kemben dan tiara di rambutnya bak putri keraton dengan kain berwarna hijau mengkilap bagai sutera.

Sunan Kali Jaga meyakini bahwa kemunculan putri tersebut merupakan makhluk halus yang sedianya akan mengganggu pertapaan yang sedang ia lakukan.

Dengan gaya yang menggoda putri tersebut yang ternyata bernama Dewi Rara Panas (putri kedua Dewi Naga Selatan) bermaksud untuk menggagalkan pertapaan Sunan Kali Jaga dengan cara mengoda nafsu birahinya.

Oleh karena merasa tergoda maka Sunan Kali Jaga menutupi auratnya karena kainnya tersibak oleh hembusan angin, kemudian keluarlah dari larangannya perwujudan sebuah keris Kala Munyeng.

Dewi Rara Panas sontak mundur setapak dari Sunan Kali Jaga dan ia berkata, ” Mohon Nyai jangan mengganggu tapa semedi Saya dan menyingkirlah dari sini”.
Kemudian Dewi Rara Panas pun berkata,”Kang Mas tidak perlu kuatir karena saya diutus oleh Bunda Ratu Kidul untuk menguji seseorang yang tengah bersemedi di daerah ini”.
Tempat pertemuan tersebut yang sekarang dinamai daerah Demak.

Tujuan Dewi Naga Selatan mengutus putri keduanya itu adalah membuktikan ucapan Sunan Gunung Jati yang menundukkannya dalam pertarungan gaib sebelum para Wali Songo mendapat ijin sang Dewi Naga Selatan
untuk menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa.
Sunan Gunung Jati mengatakan bahwa suatu saat jika ada seorang putri dari Dewi Naga Selatan yang berhasil menggoda tapa semedi salah satu anggota wali songo, maka akan terjadi peristiwa berulangnya perjanjian gaib antara Sunan Gunung Jati dan Kanjeng Ratu Kidul mewujud menjadi lelakon yang menentukan di tanah jawa di masa depan.

Kembali kepada kisah pertemuan antara Sunan Kali Jaga dan Dewi Rara Panas.
Setelah Sunan Kali Jaga meminta Dewi Rara Panas untuk tidak menggodanya, maka Nyai Rara Panas berkata,”Kang Mas memintaku menyingkir dengan syarat keris itu harus diserahkan padaku”.
Kemudian dengan sekelebatan tangan Dewi Rara Panas mengayun jemari lentiknya dalam sekejap menangkap Keris Kalamunyeng dari Sunan Kali Jaga.
Lalu ia berkata kembali, ”Setelah mendapat keris ini saya akan pamit mundur dari hadapan Kang Mas”. Sunan Kali Jaga cukup terkejut dengan kesaktian putri Dewi Naga Selatan
Setelah menyematkan keris ke dalam lipatan selendang di pinggangnya lalu Dewi Rara Panas ia memberi salam hormat dengan menunduk dan sekelebatan tangan kanannya memutar selendang hijaunya ia terpental bagai kitiran angin menuju keatas dan menghilang seketika.

Setelah tapa semedi Sunan Kali Jaga diselesaikan, ia berangkat menuju Jawa Barat tepatnya di Pantai Utara daerah Cirebon untuk menemui Sunan Gunung Jati.
Pertemuannya dengan Dewi Rara Panas dan kejadian aneh yang dialaminya dalam proses Tapa Semedinya di daerah Demak disampaikan kepada Sunan Gunung Jati.
Dalam percakapan itu Sunan Kali Jaga menjelaskan bahwa keris yang mewujud keluar dari larangannya berupa keris Kala Munyeng telah dititipkan kepada Dewi Rara Panas. Mendengan penjelasan tersebut barulah Sunan Gunung Jati berkata, ” Suatu saat ada keturunanku dari Pangeran Manggara Jati yang akan mendampingi keturunan Dewi Rara Panas.

Keesokkan harinya Sunan Gunung Jati menemui Dewi Naga Selatan di Gunung Selok daerah Pantai Selatan di Cilacap Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu Sunan Gunung Jati berkata, ”Dewi Naga Selatan kelak akan ada keturunanku yang akan mampu mendampingi turunanmu yang akan mewujud ke alam manusia dan akan berjodoh pula dengannya”.
Dewi Naga Selatan kemudian bertanya dengan penuh perhatian, ”kalau begitu jika suatu saat ada seorang cucuku yang akan aku turunkan mewujud menjadi manusia sejati maukah diantara golongan wali ini yang akan menjaganya Kanjeng Sunan?”.

Sunan Gunung Jati menjawab tegas,” Baiklah Nyai Ratu suatu saat nanti putrimu Dewi Rara Panas akan menurunkan seorang putri ke dunia manusia itu akan mempunyai kekuatan ilmu dari Keraton Kidul berkat penyatuan di dalam badannya Keris Kala Munyeng ini dan dia akan mendapat penjagaan dari keturunanku sendiri yang terpilih dan di suatu saat yang tepat”.
Itulah takdir yang akan menjadi kenyataan dengan dibuktikan oleh peristiwa gaib antara Sunan Kali Jaga dengan Dewi Rara Panas di daerah Demak.
Takdir itu akan muncul beratus –ratus tahun kemudian setelah lelakon antara kami wali Songo dan golonganmu Keraton Kidul ini berakhir. Dalam pertemuan gaib itu Sunan Gunung Jati dan Dewi Naga Selatan sepakat bahwa keturunan mereka akan berjodoh dan menjadi suami istri.

Sebelum Dewi Naga Selatan menghilang dalam kabut putih yang akan menyelubunginya dalam kekuatan alam spiritual yang tidak bisa ditembus oleh manusia biasa itu berkata,”Mudah-mudahan kesepakatan ini akan menjadi kenyataan, bukan begitu Kanjeng Sunan?”.
Dengan tersenyum Sunan Gunung Jati mengangguk menyatakan setuju.
Tiba-tiba gemuruh angin menbahana tanda akan kedatangan kerabat Keraton menjemput beliau.
Dewi Naga Selatan didampingi ketiga Putrinya yakni Dewi Rara Blorong, Dewi Rara Panas dan Dewi Rara Ningrum beserta panglima, patih, para pandito, para dayang-dayang, para bibi emban, serta pasukan keraton memberi salam penghormatan terakhir kepada Sunan Gunung Jati.
Hanya dengan satu siulan saja kabut putih menghilangkan penampakkan Dewi Naga Selatan beserta punggawanya dan disusul bergulungnya ombak laut dan buih putih memecah pantai.



Demikianlah dengan adanya perjanjian gaib tersebut suatu masa nanti akan muncul ke alam manusia putrinya Dewi Rara Panas yang telah digariskan berjodoh dengan salah satu turunan Sunan Gunung Jati Salah satu wali songo yang legendaris.

Demikianlah penuturan turun temurun dalam babad tanah jawi mengenai awal lelakon mulia di tanah Jawa.